Filosofi 5 Jari, Mengingatkan Kita Untuk Bersyukur

Flash back sewaktu kuliah dulu, sempat ikut ke acara kumpul kumpul karena ajakan teman.

Sesampainya disana, setelah berkenalan dengan beberapa orang, banyak diantara mereka yang sudah bekerja.

Entah datangnya darimana, tiba tiba rasa minder itu muncul, dan obrolan selanjutnya menjadi canggung.

Kalau diibaratkan, seperi anak ayam pergi ke kondangan sapi (tidak cocok).

Setelah acara tesebut, saya pikir saya harus mendapatkan pekerjaan dahulu sebelum bisa pergi ke acara serupa agar tidak lagi merasa minder.

Beberapa waktu berlalu. Sayapun mendapatkan pekerjaan.

Kembali lagi datang ke acara serupa, datang dengan perasaan percaya diri dan mulai berkenalan dengan beberapa orang. Sembari melihat lihat, ternyata banyak yang memakai setelan wow, dan dari percakapannya, mereka memiliki pekerjaan yang bagus.

Apa yang terjadi selanjutnya? Rasa minder itu datang lagi.

Akhirnya memutuskan untuk mengambil makanan dan pergi ke pojok untuk mekan.

Berpikir dalam hari, sebenarnya apa yang terjadi dengan perasaan minder ini?

Dari yang semula minder karena belum bekerja, jadi minder karena pekerjaan yang belum mumpuni.

Jawaban saaat itu –> Entahlah, mungkin waktu akan menjawabnya.

Kembali ke saat ini, beberapa waktu lalu saya menonton sebuah sharing session di Youtube (link di referensi), tentang sebuah perspektif Budha yang saya namakan filosofi 5 jari.

Lantas, apa itu filosofi 5 jari?

Kalian coba angkat tangan kalian, dengan telapak tangan menghadap muka.

Dan bayangkan:

  • Jari tengah adalah kalian
  • Jari manis dan kelingking adalah mereka dengan penghasilan lebih rendah
  • Jari telunjuk dan jempol adalah mereka dengan penghasilan lebih tinggi

(note: penghasilan diatas bisa diganti menjadi hal lain).

Kalau kalian hanya fokus kepada mereka yang berpenghasilan rendah, kalian akan sombong

Kalau kalian hanya fokus kepada mereka yang berpenghasilan tinggi, kalian akan minder.

Namun setelah kalian melihat secara garis besar (kesemua jari), akan ada orang orang yang ada diatas dan dibawah.

Kesimpulannya,

Apabila kalian melihat kebawah, dulu kalian juga seperti itu, daripada menjadi sombong kalian bisa membimbing mereka untuk maju.

Apabila kalian melihat keatas, bersyukurlah bahwa kalian sudah sampai sejauh ini. Daripada minder, kalian bisa minta arahan dan bimbingan untuk bisa melangkah kedepan. Tahu juga bahwa orang orang yang berada diatas saat ini, juga pernah berada di posisi kalian sebelumnya.

Semoga informasinya bermanfaat

Salam.

Referensi:

One comment

  1. Bagus .. filosofi kehidupan
    Seperti pepatah diatas langit masih ada langit ..
    Maka perlu disyukuri kehidupan ini .. bermakna setiap orang….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.