Panca Yadnya, 5 Persembahan Suci Hindu

Di dalam agama Hindu, dikenal adanya konsep Panca Yadnya kepada Hyang Widhi. Berasal dari bahasa sansekerta. “Yaj” yang artinya memuja / persembahan, dan “Panca” berarti lima. Yang bila digabungkan, menjadi 5 macam kurban / persembahan suci yang ditujukan kepada Sang Hyang Widhi. 

Kenapa Melakukan Yadnya?

Tujuan melakukan Yadnya adalah untuk mendapatkan tuntunan, dan dimampukan untuk menjalani kehidupan dengan ketenangan, kebahagiaan, dan kesejahteraan. 

Selain itu, adalah untuk membayar hutang yang dibawa saat kita lahir kedunia – Tri Rna (Dewa Rna, Rsi Rna, dan Pitra Rna). 

Patut diingat bahwa persembahan terbaik adalah persembahan yang dilakukan dengan tulus ikhlas dan tanpa pamrih. Menghaturkan persembahan paling mewah sekalipun, namun dibelakang terjadi cek cok karena perselisihan biaya, atau cara melakukannya, jarang membuahkan hasil yang baik.  

Pembagian Panca Yadnya 

Adapun pembagian Panca Yadnya adalah sebagai berikut: 

1. Dewa Yadnya 

Adalah yadnya yang ditujukan kepada Sang Hyang Widhi berserta manifestasinya ( dewa dewi ). Yang bisa dilakukan dengan cara berpartisipasi dalam perayaan hari raya, seperti: 

  • Galungan, 
  • Kuningan, 
  • Nyepi, 
  • Pagerwesi, 
  • Saraswati, 
  • dan upacara upacara lainnya. 

Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari hari:

  • Tri sandhya 
  • Berdoa sebelum melakukan kegiatan 
  • Memelihara tempat suci 

2. Rsi Yadnya

Adalah yadnya yang ditujukan kepada para rsi, pendeta, sulinggih dan orang suci. Bisa dilakukan dengan cara: 

  • Berpartisipasi dalam upacara Madiksa (penobatan calon sulinggih menjadi sulinggih), 
  • Membantu membangun tempat pemujaan untuk sulinggih, 
  • Memberikan punia. 
  • Mengamalkan, membina dan mengembangkan ajaran ajaran Hindu 

3. Pitra Yadnya

Adalah yadnya yang ditujukan kepada orang tua dan leluhur. Bisa dilakukan dengan cara: 

  • Melakukan prosesi ngaben. 
  • Berbakti kepada orang tua 
  • Mendoakan para leluhur agar mendapat tempat yang baik di alam sana. 

Secara spesifik, kita memiliki hutang kepada orang tua (leluhur), berupa: 

  • Hutang badan – sarirakrit 
  • Hutang budi – anadatha 
  • Hutang juwa – pranadatha 

Note: dijelaskan ada doa bersama saaat menghadiri updacara kematian yang kalian bisa baca disini https://phdibanten.org/artikel-2/pitra-yadnya/ 

4. Manusa Yadnya 

Adalah yadnya yang ditujukan kepada kepada sesama manusia, khususnya dari orang tua kepada anak. Pertama kali dilakukan saat masih dalam kandungan, dengan harapan bisa membersihkan lahir dan batin manusia. Dilakukan dengan cara: 

  • bayi dalam kandungan (garbha wadana / pagedong gedongan) 
  • bayi baru lahir 
  • bayi kepus puser 
  • bayi berumur 42 hari (tutug kambuhan) 
  • bayi berumur 105 hari (nyambutin) 
  • bayi satu oton (otonan) 
  • menginjak remaja (ngraja singa (laki) ngeraja sewala (perempuan) 
  • potong gigi (metatah, mapandes, masangih) 
  • perkawinan (wiwaha) 

Selain itu, persiapan seperti menjaga kesehatan, memberikan pendidikan, pelajaran tata krama, sopan santun dan sikap welas asih termasuk dalam Manusa Yadnya. 

Secara umum, menolong dan menghargai orang lain adalah salah satu contoh manusa yadnya. 

5. Bhuta Yadnya

Adalah yadnya yang ditujukan kepada semua mahkluk ciptaan Hyang Widhi, baik yang terlihat (sekala) maupun tidak (niskala). Adapun pelaksanaannya: 

  • mecaru 
  • ngaturang segehan 
  • upacara taur 
  • upacara panca wali krama (10 tahun) 
  • upacara eka dasa rudra (100 tahun) 

Untuk tingkatan upacara bhuta yadnya, bisa baca lanjutannya disni https://wimerta.wordpress.com/2018/06/28/bhuta-yadnya/

Prosesi diatas dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian jagat raya dengan diri kita (makrokosmos dan mikrokosmos). 

Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari hari:

  • Memelihara tumbuhan 
  • Merawat binatang 
  • Tidak membuang sampah sembarangan 
  • Tidak mencemari lingkungan 

Catatan Singkat

Kalau ditelaah lebih lanjut, konsep Panca Yadnya ini secara tidak langsung mengajarkan manusia untuk tidak fokus kepada diri sendiri, tapi juga hal lainnya (yang terkandung dalam Panca Yadnya).

Berbuat baik kepada dewa tidak mesti dengan banten megah nan mewah. Tapi apakah yang bersangkutan mampu untuk tulus ikhlas serta bebas dari kepentingan pribadi.

Penghargaan kepada para guru tidak diukur dengan jumlah punia, atau hadiah. Melainkan bagaimana kita bisa menghargai dan mengamalkan ajaran yang diajarkan dengan baik.

Penghargaan kepada para leluhur tidak hanya dengan upacara upacara, tetapi bagaimana kita bisa belajar dari masa lalu untuk menghadapi masa depan.

Penghargaan kepada manusia tidak semata mata upacara siklus kehidupan, tetapi bagaimana kita bisa menghargai sesama, walaupun berbeda.

Bhuta Yadnya bukanlah upacara untuk Bhuta Kala. Tetapi untuk semua mahkluk hidup ciptaan Hyang Widhi baik yang terlihat atau tidak.

Referensi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.