Upacara Bayuh Oton adalah ritual peringatan hari kelahiran yang bertujuan untuk membersihkan energi negatif yang melekat pada individu pada saat kelahirannya. Mari kita telusuri makna bayuh oton dan pengaruhnya terhadap penghapusan karma.
Masyarakat Bali dikenal memiliki keyakinan kuat terhadap konsep reinkarnasi / kelahiran kembali (samsara). Dimana, setiap kelahiran dipercaya membawa peruntungan dan beban dari masa kelahiran sebelumnya (karma).
Beban ini / karma buruk, kadang-kadang dianggap menjadi penyebab sakit, ketidakberuntungan, atau bahkan sifat yang tidak baik yang melekat pada anak yang baru lahir. Sebagai contoh, mereka yang sering sial, sering sakit, pikiran kacau hingga kemungkinan meninggal.
Makna Bayuh Oton
Namun, dalam upaya untuk mengatasi dampak buruk dari karma kelahiran, masyarakat Bali memiliki tradisi upacara yang disebut “bayuh oton”. Istilah “bayuh” berasal dari kata “bayah,” yang berarti membayar. Oton / Otonan adalah upacara peringatan hari kelahiran yang dirayakan setiap 210 hari, berdasarkan perhitungan saptawara, pancawara dan wuku dengan media bebantenan (bisa dikatakan otonan adalah ulang tahun versi Hindu Bali). Tujuannya adalah untuk membersihkan (membayar) energi negatif yang diyakini melekat pada hari kelahiran tersebut lewat banten banten.
Beragam jenis bayuh oton dapat ditemui di Bali. Beberapa melibatkan upacara mandi suci (melukat), pemakaian kalung yang terbuat dari perak atau logam lainnya, atau memberikan sejumlah uang kepeng kepada orang suci. Ada juga yang mengadakan upacara bayuh oton dengan menambahkan jenis persembahan tertentu saat upacara otonan dilakukan.
Prosesi dan persembahan banyuh oton seseorang, kemungkinan besar akan berbeda dengan orang lain, dikarenakan perbedaan wewaran / wuku hari kelahiranmu.
Sebelum prosesi ini dilakukan, kebanyakan akan mencari “wacakan” dari pedanda untuk mengetahui apa yang perlu dilakukan.
Pembayaran Karma Bayuh Oton
Namun, muncul pertanyaan menarik mengenai konsep karma ini. Apakah melakukan upacara bayuh oton atau persembahan semacam itu benar-benar dapat membayar karma buruk yang dimiliki individu? Saya berpendapat bahwa jika cara ini dapat menghapus dosa-dosa saya berasumsi maka orang jahat dapat berbuat semena-mena tanpa konsekuensi.
Saya bicara seperti itu karena beberapa hal.
- Karma adalah akibat dari apa yang kamu lakukan
- Karma tidak bisa dipindahkan
Kamu mencontek = dapat nilai 0. Kamu mencontek = si A dapat nilai 0. - Karma adalah hukum alam, kamu pasti akan mendapatkannya
Baik itu di kehidupan ini, atau di kehidupan selanjutnya.
Karena alasan alasan tersebut, prosesi bayuh oton tersebut besar kemungkinan untuk “menunda” berbuahnya karma buruk (bukan menghapus) sehingga akibat yang dirasakan tidak besar. (e.g. seharusnya meninggal, tetapi patah tulang).
Menurut saya, cara terbaik untuk penebusan karma yang lebih kuat adalah dengan berbuat baik kepada sesama. Dalam pandangan ini, melakukan perbuatan baik dapat mengurangi atau menunda dampak karma yang negatif.
- Orang yang rejekinya kurang, harus lebih sering berbagi. Karena pintu rejeki akan terbuka setelah kita memberi ke sesama.
- Seseorang pernah membuat kesalahan besar dalam hidupnya yang merugikan orang lain. Untuk menebus kesalahannya, dia memutuskan untuk melakukan tindakan-tindakan baik dan menjadi sukarelawan untuk membantu orang yang membutuhkan. Melalui usahanya ini, dia merasa dia telah memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan memperbaiki karma buruknya.
Jadi, meskipun upacara bayuh oton tetap menjadi bagian penting dari budaya Bali, penting juga untuk memahami bahwa membersihkan karma tidak hanya terbatas pada persembahan ritual. Berbuat baik kepada orang lain (sehingga membuat karma baik) adalah jalan yang lebih kokoh dalam usaha mengurangi beban karma negatif yang kita bawa sepanjang hidup kita.
Untuk detail tata cara dan bebantenan upacara bayuh oton, kalian bisa baca di artikel ini https://www.komangputra.com/upacara-mebayuh-oton-pembersihan-karma-wesana.html/3. Dengan langkap dijelaskan berdasarkan wewaran dan wuku. Semoga bermanfaat.
Referensi